Membaca dan Mempertanyakan Seputaran Paganrang

Oleh: Dita Pahebong
Paganrang adalah penyebutan masyarakat terhadap pemain gendang adat Makassar. Sebagian besar masyarakat sulawesi selatan menganggap Ganrang  sangat penting dalam acara ritual seperti prosesi perkawinan atau pun acara-acara ritual lainya. Ganrang  dianggap  parallu (wajib) kehadirannya saat prosesi acara berlangsung. Ini menunjukkan bahwa Ganrang sangat penting di masyarakat. Sebagian besar Masyarakat menganggap gendang sebagai sesuatu yang sangat sakral dalam hal ini masyarakat merasa ada kekurangan ketika tidak menggunakan Ganrang  saat acara prosesi belangsung, sebagian juga menganggap kalau tidak menggunakan Ganrang  bisa membuat kesurupan calon pengantin ataupun salah satu keluarga dari yang punya hajatan. Namun dengan lahirnya pemain gendang yang dicetak oleh banyak komunitas ataupun sanggar seni yang ada di sulawesi selatan sehingga masyarakat tidak lagi kesulitan untuk mencari Paganrang .
Besarnya kebutuhan masyarakat terhadap Ganrang sehingga tarif  pemain juga ikut meningkangkat. Sejak tahun 2012 tarif paganrang berkisar Rp. 500-600/hari dan saat ini sudah mencapai 800-1.jt/hari. Meski demikian hargannya tetapi sama sekali tidak mengendorkan kebutuhan masyarakat. Hal ini menunjukkan bahwa Ganrang memang menjadi kebutuhan yang wajib sebagian besar masyarakat.
Beberapa masyarakat mengatakan lebih baik tidak mengambil elektone sebagai hiburan dari pada tidak memakai ganrang  karna ganrang mempunyai makna yang sangat dalam pada setiap tunrung (pola ritme). Salah satu contoh Pakballe Sumanga yang merupakan salah satu pola ritme yang sangat sakral yang biasanya dimainkan saat mengawali prosesi ritual. Uniknya beberapa pemain gendang mempunyai struktur pola ritme yang berbeda-beda dalam hal ini adalah pakballe sumanga'.
Sepanjang pengamatan penulis, ada beberapa wilayah yang mempunyai perbedaan pola ritme baik dari segi struktur, re,rassang (peralihan) maupun dari segi variasi motifnya. di antaranya adalah wilayah jeneponto, takalar, dan gowa. Manja Daeng Ngalle Salah satu tokoh paganrang senior yang terdapat di desa barana kab. Jeneponto sudah bermain ganrang kurang lebih 40 tahun. Beliau juga mempunyai versi pabbale sumanga berbeda dengan pakballe sumanga yang sering ditemukan dipaganrang  Gowa. Beberapa pemain gendang juga yang terdapat di bagian galesong takalar juga mempunyai versi tersendiri yg juga berbeda dengan pakballe sumanga yang  sering ditemukan di wilayah Gowa.
Peristiwa yang unik ini kemudian mengundang pertanyaan bahwa bagaimana jika pemain gendang dari wilayah jeneponto kemudian bermain di masyarakat takalar atau Gowa ataupun sebaliknya dengan versinya masing-masing..? Secara faktanya masyarakat yang punya hajatan pun sebagian besar tidak mempermasalahkan hal ini dan yang terpenting bagi masyarakat adalah kehadiran pemain gendang tanpa mempermasalahkan perbedaan pola ritme tersebut.

Seputar Tentang Ja,jakkang

Ja'jakkang  yang terdiri dari beras, lilin, gula merah, kelapa, dupa, air putih, umba-umba (kue khas makassar), kain putih, merupakan persyaratan pemain gendang ketika ingin Apparuru Ganrang (salah satu prosesi paganrang sebelum memulai memainkan gendang). Selanjutnya duduk bersila mengelilingi gendang sambil melakukan prosesi. Tidak sedikit pemain gendang yang masih mempertanyakan kedalaman prosesi ini. hal tersebut meski sudah sering bermain gendang di acara-acara ritual. Bagaimana dengan peristiwa ini apakah memang perlu ruang khusus untuk membicarakan apa saja fungsi beberapa persyaratan sehingga tidak memelakukan sebatas mengikuti pemain-pemain gendang sebelumnya.?
Hal di atas perlu dinalar kembali sehingga gendang yang dianggap sakral oleh masyarakat juga tetap terjaga kedalamnnya.dengan harga yang selalu meningkat setiap tahunnya bukan masalah karena pemain gendang juga bukan orang sembarangan selain dari membutuhkan keterampilan, serta pengetahuan, juga membutuhkan tenaga.

Komentar

Postingan Populer