Lokalitas Bunyi : Uji Kompetensi Melalui Musik Etnik

Oleh : Dita Pahebong
Pertunjukan musik etnik yang akan dihelat pada 13 maret 2017 di Aula SMK Negeri 1 somba Opu Gowa dengan Tema "Lokalitas Bunyi". Pertunjukan musik etnis ini merupakan salah satu kewajiban buat siswa kelas 3 SMK Negeri 1 Somba Opu untuk memenuhi persyaratan ujian Akhir yang disebut sebagi Uji kompentensi.
Setiap individu diharapkan mampu menciptakan sebuah komposisi musik etnis  yang tentunya menggunakan instrument lokal sulawesi selatan. Dari beberpa di antaranya menggunakan instrumen barat tetapi difungsikan sebagi alat pendukung dan bukan sebagai alat utama, tujuannya adalah mendorong para siswa untuk lebih mengutamakan instrument lokal sebagai media utama dalam penciptaan komposisi musiknya.
Hal ini tampaknya menjadi batasan buat siswa yang ingin menggunakan instrumen barat dalam merealisasikan konsepnya. Namun di sisi lain perlu kita pahami kembali bahwa mereka adalah siswa yang berasal dari jurusan karawitan makassar sehingga dituntut untuk mampu menciptakan komposisi musik yang berasal dari musik etnik sulawesi selatan khusunya makassar.
Dengan adanya uji kompetensi yang setiap tahun dilaksanakan tampaknya memberikan kontribusi besar buat perayaan musik etnis di Makassar. Selain dari memberikan kreatiftas baru setiap tahunnya, juga memberikan tontonan yang memanjakan mata dan telinga serta menyegarkan otak para penikmat musik etnis di Makassar.
Selain dari itu, hal ini juga mendorong generasi muda untuk dapat menciptakan komposisi musik etnik, serta mendorong untuk menggali kearifan lokal kemudian dijadikan sebagai bahan serta ide gagasan dalam penciptaan karyanya dan dikemas yang dapat dinikamati oleh masyarakat umum. Dapat dilihat dari beberapa karya yang akan dipertunjukan di antaranya adalah : Akkarena dengan komposer Agus M, Appa' Dekko dengan komposer Dimas Sirasaputra, Siri na Pacce dengan komposer Nur Alam, Intuisi dengan komposer Apri Mardian K, Ati Raja dengan komposer Rafli Heriawan, Sukma dengan komposer Kurniawan YHK, Assongkabala dengan komposer Yusran, Pakarena dengan komposer Muh Guru Bahromi, Akkarena oleh komposer Agus M, Metamorfosa dengan Komposer Reza Iriansyah.
Pada pertunjukan musik etnis kali ini akan membawakan sebanyak 12 karya dan secara keseluruhan setiap karya masing-masing  terinspirasi pada peristiwa lokal sulawesi selatan. Hal ini secara tidak sadar telah mendorong generasi muda untuk ikut merayakan serta mengembangkan kebudayan lokal sulawesi selatan di era globalisasi ini.
Tidak dapat dipungkiri bahwa kurangnya ruang perhelatan musik etnis di Makassar sehingga uji kompetensi ini seakan menjadi sangat spesial dan sangat dinanti-nanti oleh para musisi dan penikmat musik yang ada di makassar. Uji kompetensi tersebut juga sebagai ajang silaturahmi buat para alumni SMKI. Karena selain dapat menikmati pertunjukan juga menjadikan ruang pertemuan buat para musisi dan seniman di makassar.
Terlepas dari itu, uji kompetensi juga sekaligus sebagai ajang seleksi untuk menuju FLS2n nantinya. Dari beberapa karya yang terbaik kemudian dikemas ulang dan dijadikan materi pada ajang lomba di FLS2n. Menjadi menarik karena secara tidak sadar memberikan semangat buat para siswa untuk memaksimalkan karyanya. Hal ini menjadi kebanggan tersendiri jika karya dapat dibawakan pada acara FLS2n.
Pelestarian dan Kreatifitas
Pelestarian budaya lokal dalam uji kompetensi karawitan kali ini sangat tampak, di mana setiap karya tetap menggunakan instrument lokal dan menyajikan sesuai pakem setiap intrument. Meskipun dalam bentuk komposisi musik sudah sangat berbeda dari pada komposisi musik tradisional sebelumnya, namun secara tidak sadar para komposer sudah membukakan ruang dan memperlakukan setiap instrument untuk mampu menjadi satu kesatuan dengan instrument lainnya sehingga dapat membangun bentuk musikal yang dapat dinikmati di era moderen ini.
Hal ini dapat dikatakan sebagai suatu pelestarian,khususnya pelestarian instrumen etnik dengan cara mengembangkan. Yaitu mengfungsikan instrument etnik secara lebih multi fungsi tanpa mengubah bentuk dan penyajian instrumentnya. Tidak bisa dipungkiri bahwa melestarikan budaya dengan cara mempertahankan sangat sulit, apa lagi dengan dunia yang serba moderen ini. Sehingga upaya pengembangan tampaknya sulit untuk dipisahkan dengan pelestarian. Pengembangan tampaknya menjadi solusi dalam melestarikan kebudayaan lokal. Pengembangan yang paling tampak yaitu memadukan instrument-instrument etnik dengan instrument barat selain itu pengembangan melodi yang lebih terstruktur sehingga tercipta bentuk musikal yang dapat dinikmati secara umum.
Sedikit meminjam kalimat Jacobus Ranjabar yang mengatakan bahwa pelestarian Budaya lokal adalah mempertahankan nilai-nilai tradisional dan nilai-nilai budaya dengan mengembangkan perwujudan yang bersifat dinamis, serta menyesuaikan dengan situasi dan kondisi yang selalu berubah dan berkembang.
Memperthankan nila-nilai budaya dapat dilihat dari segi pemilihan konsep garapan yang berdasar pada peristiwa lokal seperti yang telah dipaparkan sebelumnya. Dengan peristiwa lokal tersebut kemudian diwujudkan melalui komposisi musik etnis yang lebih dinamis serta dapat dinikmati secara umum.
Ketika melihat proses mulai dari pemilihan konsep, pemilihan instrumen, pengolahan melodi, sampai pada tahap penyajian komposisi musik secara keseluruhan, tampaknya dapat terlihat kreatifitas setiap individu  dalam pengembangan-pengembangan tanpa menghilangkan nilai-nilai moral dan etika yang mencerminkan ciri khas kepribadian berbagai musik etnis yangada di Sulewisi selatan.
Semoga dalam pelaksanaan Uji Kompetensi tersebut dapat memberikan wawasan yang lebih mendalam bagi seluru insan seniman untuk kemajuan dan peningkatan kualiatas dalam berkarya demi melestarikan kekayaan budaya sulawesi selatan.

Komentar

zanthiebacca mengatakan…
The JW Marriott Cherokee Center - Hotels - JTM Hub
Find 충청남도 출장안마 cheap hotel deals for The 경산 출장마사지 JW Marriott 익산 출장안마 Cherokee Center in 거제 출장마사지 Cherokee, NC on KAYAK-CHES · Browse 과천 출장마사지 our selection of 827 hotels in the area below.

Postingan Populer