UNTUK APA SENI DALAM KEHIDUPAN KITA..?

Oleh : Dita Pahebong
Mahasiswa Institut Seni Indonesia Yogyakarta

Berbicara "seni" tampaknya tidak cukup hanya berbicara tari, musik, teater, Dll. Keterlibatan seni dalam diri kita hingga memungkinkan pertanyaan tentang "untuk apa saya Berke_seni_an..?"  Apaka hanya menjadikan sebagai hobby? Menjadikan sebagai pekerjaan,.? Atau mungkin menjadikan seni sebagai ruang kebebasan dalam berpendapat? Lantas apa gunanya pendapat itu sendiri..? Apakah pendapat itu mampu menentukan kehidupan saya dan keluarga kedepannya?
Begitu banyak seniman terpelajar yag katanya terpuruk dan gelisah setelah menyelesaikan studynya di bidang seni... menurutku ini sebagai contoh kepada kita yang mulai atau sementara mempelajari seni. Sepantasnya kita berfikir lebih awal bahwa untuk apa seni ini dalam diri saya.
Setelah pertanyaan di atas sudah kita jawab maka sepantasnya kita sudah mampu merintis pergerakan-pergerakan kecil tentang orientasi yang kita pilih. Tentulah kita bukan dewa yang bisa segalahnya dan seni bukanlah bunglon yang dapat berubah warna kapan saja. Ibarat sopir mobil yang dapat membanting kendali ketika bahaya sudah di depan mata.
Seni adalah sebuah kekuatan manusia yang membutuhkan proses pembelajaran. Seni tidak hadir begitu saja dalam diri, melainkan sebuah kemampuan yang perlu diasah dalam waktu yang cukup lama. Maka dari itu kita perlu semangat yang berkobar untuk menyerap setiap pengetahuan yang mungkin bisa diserap.
Berlatih demi meningkatkan kemampuan ( kreatifitas) diri dan belajar demi meningkatkan pengetahuan.  Kreatiftas dan pengetahuan tampaknya tidak bisa dipisahkan biar tidak menjadikan kita sebagi "manusia hebat yang di bodohi".  Kita perlu pengetahuan yang lebih, sehingga bisa menempatkan kehebatan kita pada posisi yang tepat.
Begitu juga dengan orang yang hanya mengandalkan pengetahuan tanpa kreatifitas yang hanya menunggu orang hebat yang bisa dimanfaatkan. Kita seharusnya bersyukur suda berada pada proses pembelajaran, tampaknya ini menjadi ruang pencarian bekal sebelum memasuki peperangan (melawan kejamnya hidup).
Beberapa hari lalu banyak teman-teman yang mengeluh salah memilih jurusan. Mereka punya impian untuk menjadi koregrafer tetapi tidak lulus pada bidang tari, apakah hal ini menjadi alasan? Menurutku tidak sama sekali..!!!
Masa depan tidak ditentukan pada jurusan yang kita pilih. Melainkan apa yang kita pelajari, ini artinya salah jurusan bukanlah alasan, karena "bidang" kita bukan berarti batasan pembelajaran kita. Sepantasnya kita menyerap segala ilmu yang bisa kita serap.
Beberapa waktu lalu ada orang meyakini namaya REJEKI... oww iya maaf saya lupa..!!! Kalau rejeki kita tidak akan kemana. Yah.. itu sangat betul. Tapi pernahkah kita berfikir bahwa rejeki tidak lahir begitu saja...? Tuhan menitipkan rejeki melalui perantara manusia, dan manusia yang menyampaikan langsung.. bagaimana ketika manusia itu sendiri ternyata tidak punya jalan untuk menuju kita. Apakah rejeki itu akan sampai? Sangat tidak mungkin..!!!
Semuanya butuh sebab sehingga memunculkan akibat, begitu juga sebaliknya, dan saya meyakini itu sama halnya saya meyakini Tuhan yang maha kuasa.
Marilah kembali belajar, belajar, dan belajar. Mungkin bukan saatnya kita menjawab hal tersebut. Tapi kita harus yakin bahwa pertanyaan seperti ini suatu saat akan menuntut kita untuk bisa menjawabnya... bagi pembaca selamat belajar selama usia masih muda.  kobarkan semangat, Jangan takut akan kebaruan biar perubahan senangtiasa menghampiri kita.
Saya yakin bahwa keterpurukan akan hadir pada orang-orang bodoh yang hanya mampu bermimpi tanpa usaha, yang mampu menyakahkan  tanpa memperbaiki, yang mampu berkomentar tanpa solusi.

 Meski umur tak pasti kapan usai namun saya yakin proses belajar kita tidak akan pernah sia-sia.

Salam kopi hitam...


Komentar

Postingan Populer