Catatan Masak Musik #2

Oleh : Dita Pahebong

Masak Musik adalah salah satu ruang pertunjukan karya dan diskusi musik yang dihelat sebulan sekali. Masak musik lahir dari ide mahasiswa jurusan etnomusikologi yang merasa membutuhkan ruang belajar di luar dari pembelajaran yang sudah ditentukan oleh akademik.  Dengan harapan dapat mewadahi teman-teman baik dalam berkarya ataupun diskusi tentang musik.
Masak Musik kali ini merupakan pelaksanaan yang ke-2  yang dihelat Pada hari kamis 30 maret 2017 di pandapa jurusan karawitan ISI Yogyakarta.  Masak musik yang kedua ini diberi tema : Resep Memasak Musik
Pada pelaksanaan kali ini saya mengunjungi lokasi tepat pukul 19:30 sembari menuggu acara dimulai saya dan beberapa rekan berbicang-bincang mengenai masak musik yang dilaksanakan sebelumnya. Dimana saya adalah salah satu peserta saat itu. rekan sangat penasaran dengan masak musik kali ini, meraka mengatakan bahwa ada hal menarik yang menurutku belum tuntas kita bicarakan saat itu. semoga saja dalam pertemuan kedua ini sehingga bisa melanjutkan pembicaraan sebelumnya.  Satu persatu orang berdatangan dan suasana mulai tampak ramai.
Selang beberapa menit kemudian, MC  muncul dari belakang panggung, mengucapkan salam dan menyapa seluruh penonton yang hadir. Akhirnya acara mulai juga. Beberapa ucapan-ucapan dari MC salah satunya adalah menjelaskan dengan singkat tentang masak musik itu sendiri, sembari panitia menyiapkan reportoar pertama yaitu karya dari Silvia Wijaya salah satu mahasiswa dari Jurusan Etnomusikologi ISI Yogyakarta Angkatan 2015.
Silvia Wijaya yang juga berasal dari daerah sumatera yang sangat dekat dengan musik-musik melayu hingga gaya musik yang disajikan tetap pada warna musik melayu, dengan pola bebano, syair-syair, dan melodi biola mejadikan lebih khas. Karya yang disajikan diberi judul “17: 05” (waktu sore hari) dengan melodi yang asyik untuk didengar tampaknya berhasil membangun suasana yang nyaman apa lagi sambil menikmati kopi yang sudah disiapkan oleh panitia. Tidak lama kemudian disusul oleh reportoar kedua dari karya Rendi juga seorang mahasiswa Etnomusikologi yang berasal dari sumatera. Karya yang disajikan dengan format mini orkes. Karya yang kedua ini berjudul “Siklus Matahari” yaitu membicarakan perputaran matahari dari pagi hari sampai sore hari. Meski dengan format mini orkes tetapi latar belakang musikalitasnya tetap menjadi pengaruh pada komposisi yang dia bawakan yaitu khas melayu. 
Dengan menyaksikan dua reportoar yang secara gamblang khas musiknya hampir mirip sehingga telinga saya seakan berharap warna musik yang berbeda. Setelah kedua reportoar MC membuka acara selanjutnya yaitu diskusi dan memberikan kendali acara pada moderator. Pada diskusi kali ini dipandu oleh moderator  yang akrab dipanggil Mas Wa,an yang juga Alumni dari Jurusan Etnomusikologi angkatan 2011. Lanjut moderator   memberikan arahan pada para penonton yang hadir mengenai rambu-rambu diskusi kali ini, Kemudian mempersilahkan pada kedua penyaji untuk menjelaskan tentang karya yang telah disajikan. kedua penyaji menjelaskan karyanya dengan singkat seperti yang dijelaskan sebelumnya bahwa karya disajikan oleh Silvia Wijaya yaitu merefresentasikan tentang suasan sore hari. Begitupun dengan karya Rendi yang merefresentasikana siklus matahari mulai dari pagi hari sampai sore hari. 
Setelah penjelasan singkat dari kedua penyaji akhirnya dikembalikan pada moderator untuk membuka dua penanya. Tak ada satupun penanya saat itu sehingga moderator mencoba memantik kembali para penyaji dengan mempertanyakan bagaimana metode yang digunakan oleh kedua penyaji dalam menggarap komposisi yang telah disajikan tadi.? Selanjutnya pertanyaan tersebut dijawab oleh Silvia Wijaya, menurutnya langkah pertama yang dilakukan yaitu menentukan ide dengan menyaring pengalaman-pengalaman mereka yang menurutnya menarik, selanjutnya melakukan perenungan terhadap ide yang sudah mereka tentukan. Selanjutnya menentukan instrumen yang dia anggap mampu untuk merepresentasikan idenya.  Menurutku ada hal yang menarik dengan metode yang digunakan oleh Silvia Wijaya yaitu mengeksplor melodi dengan waktu yang sesuai dengan judul karyanya. Menurutnya untuk mendapatkan suasana sore tadi paling tepatnya ketika mencari melodi-melodi saat sore hari juga. sehingga pencarian tersebut benar-benar sesuai dengan suasana itu sendiri dengan melodi yang kita butuhkan. Artinya pencarian melodi yang dilakukan oleh Silvia Wijaya bersentuhan langsung antara suasana sore hari dengan melodi yang iya temukan. 
Selanjutnya penjelasan dari Rendi juga hampir sama yaitu penentuan ide, penentuan intrumen dan perenungan. Sedikit perbedaan tentang penentuan artistik yang dilakukan oleh Rendi yaitu menggunakan dua gaya musik diantaranya adalah gaya musik timur dengan gaya musik Amerika Latin (barat). Menurutnya dua gaya ini sebagai pembeda antara terbitnya matahari di ufuk timur dengan tenggelamnya di ufuk barat. Ini yang menjadi penanda dalam komposisi yang ia sajikan. 
Dengan penjelasan kedua penyaji akhirnya dikembalikan pada moderator untuk membuka sesi pertanyaan. Moderator membuka dua pertanyaan, penanya pertama dari Mas Habib juga salah satu penyaji malam itu. pertanyaan yang ia ajukan yaitu bagaimana cara yang dilakukan oleh kedua penyaji  dalam mentransfer dari non musikal kedalam musikal sehingga maksud dari musik yang kita sajikan dapat dipahami oleh penonton , apakah ada metode tersediri akan hal itu.? kemudian disusul oleh penanya dari mahasiswa tata kelola seni. Pertanyaan yang diajukan yaitu apa pentingnya sinopsis dalam sebuah karya? karena menurut pengalamannya, pertunjukan yang biasa ia tonton sejak awal sinopsis dibacakan terlebih dahulu sehingga dapat menstimulus para penonton terhadap musik yang akan disajikan. (kurang lebih seperti itu)
Pertanyaan kedua ini  dijawab oleh kedua penyaji,  jawaban keduanya hampir mirip yaitu tidak menggunakan metode tertentu dan memberikan sepenuhnya pada penonton, terserah dia menanggapinya seperti apa..!!! yang jelas menurutnya musik yang mereka sajikan sesuai dengan apa yang mereka pikirkan. Kemudian ditekankan kembali oleh Silvia Wijaya Bahwa sinopsis menurutnya tidak terlalu penting karena judul dari karya yang iya sajikan sangat jelas, 17:05 yaitu waktu yang menujukan pada sore hari.
Penjelasan kedua penyaji direview kembali oleh moderator. Berhubung waktu yang sangat singkat akhirnya moderator memberikan kembali kepada MC untuk melanjutkan karya sesi kedua. Sejauh ini saya masih menanti pertanyaan ataupun pernyataan yang menurutku menarik untuk diperbincangkan baik dari pertanyaan penonton maupun penjelasan dari penyaji. 
Lanjut pada sesi kedua karya dari mas Hamza juga mahasiswa Etnomusikologi angkatan 2014. Dengan karyanya yang juga masih khas dengan suasan sumatera namun lebih islamik, dengan beberapa lantunan yang islamik diiringi dengan suara sarunai padang yang cukup khas sehingga suasana yang saya rasakan seolah-olah berada di sumatra. selanjutnya disusul oleh karya dari Mas Habib yang juga sangat kental dengan khas melanyu ala Mas Habib. Menurutku semua karya yang disajikan pada saat itu semuanya menarik cuman saja karena khas melanyunya terlalu kental yang terdapat pada semua karya hingga pendengaran pun tampak tidak berwarna. Mungkin hal ini juga perlu perhatian khusus buat para panitia pelaksana Masak Musik agar memperhatikan dinamika pertunjukan secara keseluruhan sehingga  dapat memberikan warna musik yang beragam pada penonton.
Pertunjukan dari karya mas Habib tampaknya menjadi karya penutup pada perhelatan saat itu, kemudian semua kembali duduk dan melanjutkan acara diskusi. Acara kembali dipandu oleh moderator dengan mengundang satu pemantik diskusi yaitu Mas Gigih yang juga alumni Etnomusikologi, saat ini melanjutkan studinya di pasca sarjan ISI yogyakarta dengan minat penciptaan musik. menurutku untuk berbicara resep memasak musik pemantik adalah orang yang tepat karena melihat dari karya-karya yang ia ciptakan yang menurut saya cukup unik. begitu juga dengan pendidikan yang ia geluti saat ini.
Rasa penasaran saya semakin meneror hingga saya berpindah tempat dan lebih mendekat ke_arah para penyaji. selanjutnya moderator memberikan kesempatan kepada dua penyaji terkahir untuk menjelaskan dengan singkat tentang karya yang ia sajikan. 
Pertama dimulai dari mas Habib yang menjelaskan tentang metode yang iya gunakan. Ia menjelaskan sedikit lebih detail dari penyaji sebelumnya. Pertama yang ia lakukan adalah perenungan terhadap tema yang ia pilih, lanjut ia menjelaskan bahwa dalam karyanya tidak bercerita tentang suatu peristiwa melainkan ia lebih kepada cara-cara pengembangan tema yang ia pilih. tema yang dimaksudkan menurut apa yang saya tangkap adalah tema melodi. Lanjut ia menjelaskan bahwa setelah menentukan tema ia membentuk struktur atau bagang mulai dari awal sampai akhir dan ia menjelaskan lebih jauh lagi bahwa mengolah secara lebih giat dan ia menekankan kembali bahwa setiap bagian musik, tema itu harus ada.! Kemudian ia mencoba mengatur dinamika pada setiap bagian, selanjutnya mencari kunci-kunci atau kord kemudian  mengaplikasikannya kedalam instrumen. setelah itu ia mengunakan rekaman untuk kembali mengevaluasi terhadap rangkuman melodi tadi dengan cara memperdengarkan pada setiap pemain. Sedikit berbeda dari penjelasan mas Habib karena ia seorang komposer yang mempunyai gaya musik yang sedikit dominan pada melodik dibandingkan ritmis sehingga karya yang ia sajikan juga sedikit melodik dari pada karya-karya sebelumnya. Dalam karyanya ia sepenuhnya mengacu pada empiriknya selama bergelut pada bidang musik. lanjut ia mengatakan bahwa tidak ada teori atau metode sebagai landasan literatur terhadap karya yang ia sajikan dan sepenuhnya berdasarkan empirik. meskipun pada dasarnya metode yang ia gunakan juga  ada kesamaan tentang metode yang ditemukan oleh ahli-ahli sebelumnya.
Penjelasan dilanjutkan oleh mas Hamza, ia menjelaskan tentang karya yang disajikan dengan singkat padat dan jelas. Ia juga menggunakan metode yang berdasarkan empiriknya tanpa mengacu pada metode-metode terdahulu. Secara keseluruhan penyaji, tidak ada satupun yang menggunakan teori ataupun metode dari ahli sebagai acuan dalam karya yang ia sajikan dan semuanya berdasar pada empiris masing-masing.
Kembali moderator membuka sesi pertanyaan. satu penanya dari Mas Giopanus, sebelum bertanya ia sudah menyinggung bahwa menurutnya sangat tidak mungkin ketika karya yang disajikan itu tidak menggunakan metode sebagai acuan dan juga menurutnya sangat penting hal itu berhubung para penyaji semuanya adalah latar belakang akademisi. Lanjut ia mengajukan pertanyaan bahwa persepsi  apa yang ingin disampaikan terhadap karya yang disajikan baik itu dari pemilihan judul ataupun artistik yang dimunculkan? pertanyaan diajukan pada semua penyaji. 
Satu persatu penyaji menjawab petanyaan dari mas Giopanus namun menurutku sama sekali tidak ada yang berhasil memberikan pencerahan yang diharapkan oleh penanya. Semua penyaji kembali menjelaskan karyanya seperti penjelasan sebelumnya di atas. Saya punya tanggapan bahwa para penyaji masih kurang persiapan untuk membawa karyanya pada ruang diskusi. Saya tidak tau faktor apa yang melatar belakangi hal ini, apakah karena kurangnya waktu persiapan sehingga kebanyakan waktunya dihabiskan pada proses sehingga tidak ada kesempatan untuk mempersiapkan literatur mengenai karya yang disajikan. 

Hubungan Antara Instrumen dan Komposisi

Selanjutnya dikembalikan oleh moderator, tanpa panjang lebar maderator langsung memberikan kesempatan kepada Mas  Gigih untuk kembali memantik diskusi ini.  Sedikit penjelasan dari Mas Gigih mengenai hal yang paling esensial dalam bermusik. Lanjut ia menjelaskan bahwa kita tidak bisa berbicara kita akan kemana sebelum kita mengetahui kita ini siapa.! Dengan penjelasan ini saya merasa bahwa diskusi ini baru benar-benar dimulai sementara jam sudah menujukkan pukul 23: 15.
Lanjut ia menjelaskan tentang seorang komposer memang harus dituntut untuk tetap mencari sesuatu yang baru meskipun kita ketahui bahwa tidak ada lagi bunyi yang baru namun inilah yang dianggap sebagi satu  tuntutan buat komposer untuk tetap melakukan pencarian. Artinya bagaimana perilaku kita dalam menghubungkan bunyi yang sudah ada sehingga memunculkan satu sifat yang baru. sifat yang dimaksudkan disini adalah satu karakter bunyi yang mempunyai kesan tersendiri.  Lanjut ia mengatakan bahwa setiap komposisi itu harus mempunyai sifat. Sehingga ia mempertanyakan pada semua penyaji mengenai hubungan antara komposisi dan intrumen yang digunakan. Kembali ia menekankan bahwa semua instrumen tentunya mempunyai sifat tertentu dan fungsi terhadap komposisi itu sendiri. Maksud pertanyaannya adalah bagaimana hubungan instrumen dengan komposisi yang disajikan.? pertanyaan diajukan kepada semua penyaji.
Pertama dijawab oleh mas Habib ia mengatakan bahwa dalam komposisi yang ia sajiakan memang sama sekali tidak memikirkan antara hubungan instrumen dengan kompoisinya, hanya saja ia menggunakan instrumen yang dianggap sebagai kebutuhan musikalitas semata tanpa ada tujuan tertentu, lanjut ia mengatakan bahwa dirinya belum mampu menghadirikan sesuatu yang baru, dan meski ia menganggap sesuatu yang ia ciptakan menurutnya suatu temuan tetapi penonton bisa saja menganggap hal tersebut bukan sesuatu yang baru. 
Selanjutnya dijawab oleh Mas Rendi ia menjelaskan bahwa pemilihan instrumen yang ia lakukan hanya berdasarkan pada tinggi rendahnya nada namun secara sifat bunyi itu sendiri belum sempat terfikirkan sampai sejauh itu. ia lanjut menjelaskan bahwa ia menggunakan instrumen saxophone hanya sebatas melengkapi nada-nada rendah.
Semua penyaji tampaknya tidak terpikir masalah hubungan instrumen dengan komposisi yang mereka sajikan. Menurut saya perhatian terhadap hubungan instrumen ini sangat penting dalam komposisi. Misalnya dari instrumen satu dipadukan dengan instrumen lain otomatis akan memunculkan karakter yang berbeda dari karakter yang dimiliki tiap instrument. hal ini yang dianggap dapat mempermudah seorang komposer untuk memunculkan ekspresi apa yang akan dibangun dalam komposisinya. 
Sesi pertanyaan selanjutnya dari mas Ribet juga alumni dari Etnomusikologi, sebelumnya dia memberikan sedikit penekanan bahwa sedikit agak keliru jika kita yang berlatar belakang akademisi sehingga tidak mempunyai literatur sediri dalam membuat komposisi, lanjut ia menjelaskan bahwa tidak ada bedanya antara musisi-musisi non akdemisi seperti sanggar seni, musisi jalanan ketika kita tidak menggunakan literatur dalam membuat komposisi, selanjutnya ia memberikan sedikit gambaran mengenai ide pada setiap penyaji bahwa perlu lebih spesifik dalam melihat sebuah fenomena yang akan dijadikan sebagai ide, misalnya ketika bercerita sore hari, kita perlu menekankan bahwa sore hari yang yang seperti apa? Apakah itu dalam keadan hujan, atau mendung. Sejauh penangkapan saya, mas Ribet ini memberikan penjelasan mengenai spesifikasi peristiwa yang akan dituangkan kedalam komposisi musik.
Lanjut moderator menjelaskan kembali bahwa pentingnya memahmi instrumen dalam sebuah komposisi. Karena keterbatasan waktu sehingga penjelasan dari moderator sebagai tanda berkhirnya acara.

Catatan Singkat Buat Penyelengga Masak Musik

Saya selaku penonton ataupun peserta diskusi sangat berharap sesuatu yang lebih menarik pada setiap pelaksanaan masak musik. mungkin perlu penekanan buat seluruh penyaji mengenai kesiapan karya yang akan dibawah pada ruang diskusi sehingga penonton tidak hanya hadir seolah-olah mendengarkan curhatan. Hal ini bisa saja ditentukan oleh panitia dengan menyesuaikan tema. Paling tidak dari semua karya yang disajikan dalam masak musik mampu untuk memantik pembicaraan. 
Kedua mempertimbangkan waktu. Seperti penjelasan di atas bahwa saya merasa diskusi baru benar-benar dimulai pada pukul 23:15 meskipun saya sudah menyaksikan acara mulai dari puku 20:00. Menurutku terlalu banyak penyaji sehingga sangat sedikit kesempatan untuk membahas jauh lebih dalam setiap karya yang disajikan.
Selanjutnya adalah penempatan peranan seorang pembicara. Saya sedikit bingung dengan adanya pembicara yang tidak membawakan karya. Apakah dia perananya sebagai pemantik diskusi saja? Atau ditempatkan sebagai pengamat dalam seni rupa disebut sebagai kurator.? Menurutku ini perlu perhatian khusus sehingga arah diskusi tetap berjalan dengan baik. Saya melihat ada perubahan alur diakhir diskusi setelah mas Gigih mencoba memantik pembicaraan. Dimana seolah-olah Mas Gigih sebagai pemateri utama dalam diskusi ini namun ia sendiri tidak menyajikan karya. Beberapa pertanyaan akhirnya mengarah pada Mas Gigih yang secara tidak sadar telah membicarakan ekstra musikal lalu apa tujuan dari ke 4 penyaji tersebut dengan hubungan tentang karya yang ia sajikan? Tampaknya ini juga perlu perhatian khusus buat penyelenggara masak musik.
Yang terkahir adalah moderator. Kita ketahui bahwa peranan moderator sangat penting untuk kelancarkan jalannya diskusi. Yang saya amati ada beberapa hal yang menurutku tidak terlalu penting dan itu sangat membuang waktu di mana setelah penyaji menjelaskan juga dijelaskan kembali oleh moderator dengan bahasa yang hampir sama. Yang kedua ada beberapa jawaban yang tidak nyambung sebaiknya moderator kembali mengarahkan para penyaji pada pertanyaan yang dimaksud oleh penanya. 
Selebihnya menurutku cukup menarik dan semoga masak musik tetap berkelanjutan dan menjadi ruang perhelatan yang mampu memberikan amunisi terhadap para musisi yang terlibat dalam perayaan musik di era yang seraba peleburan ini.

Catatan : beberapa coretan di atas tidak ada maksud untuk menggurui tapi itu semua hanyalah kesan yang saya dapatkan setelah mengikuti masak musik yang ke-2 ini. Selebihnya jika ada yang kurang atau berlebihan itu semua berdasar pada kedangkalan saya dalam memahami. Sukses selalu buat teman-teman masak musik dan seluruh musisi yang ikut terlibat.

Komentar

Postingan Populer