Pagelaran budaya Sunrise of Java

Oleh : Dita Pahebong
Gelar Seni budaya daerah merupakan agenda rutin yang dilaksanakan di taman budaya cak durasim Surabaya jawa timur, salah satu tema gelar seni budaya adalah sunrise of java, gelar seni budaya yang berasal dari banyuwangi. Sunrise of java adalah salah satu tema yang dapat memberikan gambaran kesenian melalui ikon-ikon pertunjukan seni baik tari maupun musik daerah. Pertunjukan yang menjadi salah satu refresentasi suatu wilayah yang terdapat di jawa timur. Upaya-upaya pengembangan kesenian daerah yang dikelolah oleh parawisata yang tidak lain sebagai pelestarian seni budaya yang terdapat dibanyuwangi dan sekalgus sebagai refresentasi kekayaan sumber daya manusia dan kekayaan alam serta keratif masyarakat yang dapat menjadi sebuah daya tarik yang dapat menujang  kearah ekonomi kreatif dengan upaya meningkatkan ekonomi dan lahan mata pencaharian buat masyarakat yang ada di jawa timur.

Kata Kunci: Sunrise of java, pemerintah provinsi jawa timur dinas kebudayaan dan parawisata, ekonomi kreatif.

       I.            Pendahuluan

Sunrise of java adalah tema pertunjukan dalam gelar seni budaya daerah jawa timur yang meramaikan taman budaya cak durasim jawa timur pada tanggal 17-18 april. sunrise of java sebagai penamaan daerah banyuawangi yang berarti mata hari pagi karena letak wilayahnya berada paling ujung timur pulau jawa. Banyuawangi dikenal dengan sebutan diatas karena sinar matahari pagi pertama kali menerangi wilayah timur. Tema diatas merupakan refresentasi wilayah yang mungkin sudah dikenal  banyak orang karena setiap penulis mempertanyakan pada orang-orang yang menghadiri acara tersebut kebanyakan mengakatakan sebutan popular daerah banyuwangi hingga menurut penulis sendiri sunrise of java adalah salah satu onometope dari rutinitas alam yang mempunyai filosofi dan makna tersendiri kemudian dijadikan sebuah nama  wilayah banyuwangi dan hingga akhirnya dikenal dan oleh banyak orang.

Sunrise of java penamaan daerah banyuwangi dengan bahasa inggris yang pertama kali menjadi pusat pandangan saat melihat kearah panggung pandapa taman budaya cak durasim yang di pajang pada sisi panggung dengan ukuran poster kurang lebih 5x3 meter. Tulisan tersebut serasa memberi stimulus buat penulis hingga akhirnya muncul interpretasi bahwa wilayah banyuwangi sudah hanyut pada arus globalisasi karena penulis sendiri sebagai orang awam sangat tertarik melihat tema acara tersebut  karena membawa kesan kekinian. Hal tersebut sangat menarik dimana karena menurut keterbatasan pengetahuan penulis, masyarakat jawa pada umumnya masih menjujung tinggi bahasa local dan ciri-ciri kedaerahan namun event  saat ini menggunakan bahasa inggris, hal ini lebih meyakinkan kepada penulis bahwa event gelar seni budaya yang bertemakan sunrise of jawa sudah menjadi menjadi campur tangan parawisata.

gelar seni pertunjukan daerah yang terkesan kekinian ini menjadi menarik, penulis merasa lagi berkunjung kewisata daerah banyuwangi, disekitar pekarangan taman budaya cak durasim diwarnai dengan khas banyuwangi. Mulai dari penjual yang berjejer mengelilingi panggung pertujukan semuanya membawa ciri khas daerah banyuwangi, Mulai dari sisi kanan sampai sisi kiri panggung menjual kerajinan tangan, patung, pakaian asesoris dan bahkan makanan ciri khas banyuwangi. setelah beberapa jam mengelilingi taman budaya cak durasim, penulis diberi bingkisan oleh panitia pelaksana gelar seni pertujukan daerah tersebut. Sambil istirahat penulis membuka bingkisan yang  berisikan dengan beberapa buku dan makanan khas banyuwangi. Istirahat pun berlangsung sambil membaca beberapa buku yang terdapat dalam bingkisan tersebut. Sembari merebahkan badan paragrap demi paragrap juga terlewatkan dan menyimak sedikit demi sedikit maksud yang terkandung didalam buku tersebut.

Buku-buku yang yang terdapat dalam bingkisan itu membahas beberapa wisata yang terdapat dijawa timur seperti misanya: pantai serang dan gua embul tugyang terdapat di Kabupaten Blitar, gili timur dan pantai dalegan di Kabupaten Gresik dan masih banyak lagi wisata-wisata yang terdapat beberapa kabupaten di Jawa Timur. Buku-buku tersebut sebagaian besar hanya membahas maslah kekayaan alam dan jika melihat even Gelar Seni Budaya Daerah Jawa Timur ini bukan hanya pementasan kesenian budaya melainkan juga pameran kekayaan alam dan salah satu yang menjadi promosi parawisata adalah menuliskannya buku-buku yang berisi tentang wisata alam dan kesenian yang terdapat di Jawa Timur kemudian dibagikan kepada mahasiswa sebagai pengunjung.

Upaya-upaya promosi terlihat sangat menarik dan mempunyai nilai tambah atas deskripsi setiap wisata yang ada dijawa timur. Cara yang dilakukan parawisata dalam pengenalan tersebut bukan hanya melalui buka saja tetapi menggunakan piringan kaset VCD yang berisikan lagu-lagu Jawa Timur seperti pada laguKangen Mangetan  yang dinyanyikan oleh Drs. H. Sumantri, MM sebagai Bupati Magetan. Dalam lirik lagu tersebut diatas juga merefresentasikan wilayah magetan dan menceritakan akan kerinduan oleh daerah yang mempunyai kekayaan alam yang luar biasa[1].

Dengan cara-cara seperti diatas dapat lebih luas memperkenalkan keberadaan wilayah dan kekayaan alam yang dimiliki. Hal seperti diatas juga tidak terlepas oleh fungsi utama taman budaya Jawa Timur seperti yang dikatakan oleh Sukatno, S.Sn, MM sebagai kepala UPT taman budaya jawa timur. Beliau mengatakan bahwa taman budaya adalah ruanbg public untuk beraktivitas berkesenian, baik sebagai tempat berlatih, eksplorasi, workshop, maupun pementasan lainnya dan pameran yang didukung melalui program kegiatan yang didanai oleh pemerintah maupun melalu partisipasi masyarakat. Untuk itu menjadi harapan oleh semua pihak, dengan upaya-upaya seperti ini masyarakat akan dapat kontribusi dalam melanjutkan kesenian dan kerajinannya yang telah memberikan kontribusi dan nilai budaya bagi partisipasinya.

Dengan hadirnya berbagai tulisan-tulisan ini tidak terlepas pada informasi pengenalan dengan upaya memberikan informasi kepada pengunjung dalam upacara gelar seni budaya daerah. Semakin banyak yang mengenal maka semakin banyak tertarik dan banyak menimbulkan rasa penasaran dan rasa ingin mengunjunginya daerah-daerah yang penuh dengan keindahan alam dan keragaman budayanya.

Beberapa upaya-upaya pemerintah dinas kebudayaan dan parawisata yang menurut hemat penulis sebagai penunjang dalam menuju ekonomi kreatif. Upaya-upaya tersebut sangat membantu dalam pengenalan budaya local dan banyak menghasilkan ruang penghasilan buat masyarakat yang berada sekitar tempat-tempat wisata.

Budaya, kekayaan alam, dan kesenian menjadi harta besar dalam pengembangan ekonomi kreatif dalam suatu wilayah. Pemerintah dinas kebudayaan dan parawisata jawa Timur dapat mengelolah dengan baik harta-harta tersebut dan taman budaya dengan event gelar seni budaya daerah menjadi ruang yang tepat untuk menjadi wadah yang dapat menarikj pengunjung dari berbagai daerah dan menjadi ruang promosi seperti yang dikatakan oleh mengatakan bahwa upaya-upaya penerbitan buku-buku tersebut sebagai bagian untuk mepromosikan keberadaan taman budaya jawa timur dengan segala aktivitas dan kegiatannya.

    II.            Gelar Seni Budaya Daerah Jawa Timur

Gelar seni budaya daerah dengan tema sunrise of java mengahadirkan beberapa kesenian banyuwangi dengan kemasan yang menarik yang dibawakan oleh seniman-seniman professional hasil pilihan parawisata sangat menarik perhatian banyak penonton yang hadir

Suasana pandapa taman budaya cak duarasim jawa timur begitu ramai dengan hadirnya pertujukan kesenian banyuawangi, penulis  merasa hadir dalam konser music popular dengan berbagai mahasiswa dan masyarakat jawa timur serta pemerintah juga ikut mengapresiasi event tersebut. Kursi bahkan tidak cukup untuk menampung semua penonton yang hadir sehingga bagian luar pendapa juga banyak yang berdiri.

Pengungjung yang hadir bukan semata-mata menimati pertunjukan tetapi juga menikmati makanan khas banyuwangi dan membeli asesoris dan pakaian-pakaian khas banyuwangi. Beberapa penonton terdekat kursi penulis mengatakan bahwa gelar seni budaya daereah ini menjadi perhatian banyak masyarakat di jawa timur. Gelar seni budaya daerah ini mempunyai event rutin dan menyajikan beberapa kesenian secara bergiliran. Setiap satu bulan menghadirkan dua tema pertunjukan dengan tema yang berbeda sesuai dengan daerah yang sudah dijadwalkan.

Gelar seni budaya daerah yang diadakan oleh pemerintah dinas kebudayaan dan parawisata ini bukanlah sekedar pertunjukan melainkan mempunyai dampak lain yang dapat memberi kontribusi kepada masyarakat jawa timur. Selain memberikan hiburan terhadap masyarakat secara umu juga menjdai wadah pelestarian budaya, dimana pelaksana secara umu adalah remaja. Hal ini menjadi salah satu cara pewarisan budaya karena kebanyakan pemain dalam gelar seni budaya daerah itu adalah remaja. Hal tersebut tidak jauh beda dengan institusi yang mengajak para genaerasi untuk mengenal dan melestarikan budayanya. Upaya-upaya seperti diatas sangat jarang ditemukan didaerah lainnya apa lagi dengan sumberdaya kreatifitas yang berbasis kesenian. Kemabanyakan wadah kreatifitas yang muncul diera globalisasi ini yaitu yang berbasis modernisasi jika diakaitkan dengan budaya local terkadang tidak sesuai. Misalnya seks dancer yang yang hanya mempertontonkan keindahan dan kemampuan penari dalam menggerakkan badannya. Hal ini bukan berarti hal yang tidak layak dihadirkan dimasyarakat karena juga merupakan pertunjukan seni. Namun perlu disadari bahwa pertujukan seni bukan hanya pertunjukan semata melainkan pertujukan seni adalah tontonan yang bersifat mengibur dan tuntunan yang bersifat panduan etika dan tentunya  sebagai refresentasi budaya masyarakatnaya.

Penulis melihat bahwa dalam gelar seni budaya daerah jawa timur ini bukan konsep yang ringan dalam artian gelar seni budaya banyak memberikan dampak kepada masyarakat. Dan salah satu keuntungan besar  buat masyarakat jawa timur karena masih mendapat perhatian penuh dari pemerintah. Meski tidak keseluruhan masyarakat sebagai pelaku seni tetatpi bukan berarti mereka tidak mendapatkan dampak positiof didalamnya. Karena hadirnya gelar seni budaya daerah ini juga dapat membantu beberapa penjual, seperti penjaul-penjual es dan dan penjual lainnya karena gelar seni budaya tersebut dapat menarik dan mengumpulkan banyak orang yang kemudian bias menjadi pasar buat para penjual.

Upaya-upaya pemerintah dinas kebudayaan dan parawisata jawa timur sangat terlihat perhatiannya terhadap kesenian dan wisata alam. Meski setiap pemerintahan itu mepunyai politik yang berbeda yang mungkin belum diketahui oleh masyarakat dan penulis sendiri belum dapat menjelaskannya tetapi paling tidak dengan konsep-konsep yang hadir dapat member kontribusi yang lebih terhadap masyarakatnya.

Perlu diketahui bahwa pemerintah memberikan ruang bukan semata-semata pada kepentingan masyarakatnya melainkan mereka menciptakan ruang juga tidak terlepas darei kepentingan dirinya sendiri. Hal demikian mungkin perlu dilirik lebih jauh lagi khusunya para akademisi yang menekuni ilmu-ilmu tertentu, dengan upaya serti itu masyarakat dapat lebih sejahterah dan kemunbgkinan beswar dapat menimbulkan konsep-konsep baru yang mungkin member kontribusi yang lebih besar pada masyarakat jawa timur.

Terlepas dari pemerintahan dianas kebudayan dan parawisata jawa timur penulis juga berharap konsep-konsep demikian dapat menjadi inspirasi buat pemerintahan lainnya yang ada di Indonesia. Bagaiman menghadirkan wadah berkesnian dan wadah kreatifitas yang sekaligus dapat memberi kontribusi buat masyarakat non seniman atau masyarakat keseluruhan. Hal demikian dapat menjadi stimulus untuk membangun konsep-konsep pelestarian budaya sekaligus mengupayakan penikatan ekonomi daerah dengan menggunakan media-media kreatifitas yang tentunya tidak terlepas pada nilai budaya.

Melihat jauh lebih dalam, kita perlu menyadari bahwa pemerintah dinas kebudayaan dan parawisisata merupakan bagaian darai struktur pemerintahan kenegaraan. Jika berbicara struktur maka tentunyua tidak terlepas pada perhatian struktur diatsnyanya, maka dari itu penulis menganggap bahwa upaya ini juiga menjadi salah satu politik atau cara pemerintah untuk mencari focus pada struktur diatasnya. Sesuai dengan keterbatasan bacaan penulis dengan hadirnya gelar seni budaya taman budaya cak durasim mendapat perhatian lebih terhadap pemerintahan provinsi terbukti dan adanya sarana prasarana yang diberikan pada pemerintah provinsi untuk melestarikan budaya-budaya serta kesenian yang tedapat diberbagai daerah di jawa timur.

Dapat dilihat dari salah satu blog diinternet tentang  berita rakyat yang  menegaskan bahwa  provinsi Jatim sampai akhir 2014, memiliki pelaku UMKM  sekitar  6,8 juta, dan 30,31% dari jumlah tersebut telah mendapat bantuan dari pemprov Jatim. UMKM dan sektor koperasi menyumbang 60,1 % atau sebesar Rp. 548,91 triliun terhadap PDRB Jatim yang mencapai  Rp. 1.262 triliun[2]

Untuk itu gelar seni budaya daerah, penulis menganggap bahwa salah satu mode untuk mendorong dan memperluas pasar produk agar lebih mampu bersaing dengan dari segi ekonomi.

Pada sumber yang sama juga ditegaskan oleh Gubernur Jatim Dr H Soekarwo dalam sambutan yang disampaikan Sekretaris Daerah Provinsi Jatim Dr. H. Akhmad Sukardi, MSi, saat membuka Gelar Seni Budaya Daerah  Kab Magetan, di Taman Budaya Jawa Timur. Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) yang sudah didepan mata, yang dibentuk dari keinginan negara-negara Asean untuk mewujudkan Asean menjadi kawasan perekonomian yang solid dan diperhitungkan dalam perekonomian internasional, utamanya dalam penguatan daya saing untuk memenangkan kompetisi global. MEA menempuh empat tahapan strategis, meliputi pencapaian pasar tunggal, kesatuan basis produksi, kawasan ekonomi berdaya saing, pertumbuhan ekonomi yang merata dan terintegrasi dengan perekonomian global[3]. “Maka, daerah harus memberdayakan dalam mengolah potensinya dengan sumberdaya sendiri, baik sumberdaya entrepreneur maupun sumberdaya teknis ekonomi lainnya,” tandasnya.

Bupati Magetan H Sumantri, MM mengatakan, dengan kekayaan seni budaya yang beragam yang ada di magetan dapat dikembangkan dengan baik sehingga dapat PAD Magetan.  Kabupaten magetan terletak di kaki gunung lawu yang kaya objek wisata alam seperti danau dan air terjun. Telaga sarangan merupakan salah satu obyek wisata andalan Magetan, setiap tanggal 1 suro masyarakat sekitar melakukan upacara labuh sesaji ke tengah telaga. Hal ini merupakan daya tarik witawan, baik domestik maupun mancanegara.

Selain itu terdapat pula telaga wahyu, bumi perkemahan Mojosemi, air terjun Tirtosari, Taman Ria Manunggal, dan Taman ria Kosala Tirta. Sedangkan obyek wisata ziarah dapat berkunjung ke makam GBR. AY. Maduretno dan monumen Soco. Hal-hal demikian menjadi sumber acuan dengan hadirnya gelar seni budaya dengan upaya pelestarian dan keunggulan ekonomi dan tentunya mengupayakan SDM lokal. Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Dr H Djarianto mengatakan, kegiatan gelar seni budaya daerah ini merupakan bentuk sinergi antara pemerintah provinsi Jatim dengan kabupaten/ kota dalam mendorong pengembangan dan promosi seni  budaya, pariwisata, serta produk berbasis seni budaya.

Taman budaya Jawa Timur sebagai unit pelaksana teknis Dinas kebudayaan dan parawisata  provinsi Jatim, merupakan unit yang diharapkan mampu menjadi  pusat kegiatan seni Jatim. Dari sisi kalender event, kegiatan taman budaya dapat digunakan sebagai promosi pariwisata budaya karena aksesnya mudah, jadwalnya pasti, sajiannya menarik dan tempatnya jelas[4]

Dalam hal ini terlihat bahwa pemerintah provinsi dinas kebudayaan dan parwawisatan jawa timur mengupayakan kekayaan alamnya dengan cara melestarikan budaya dan kesenian untuk membangun ekonomi kreatif masyarakat jawa timur.

 III.            Kontribusi Sunrise off java pada masyarakat Surabaya sekitaran taman budaya cak durasim

Sunrise of jawa merupakan wadah yang dapat menarik perhatian dan mampu mengupulkan banyak orang untuk menyaksikan riuhnya musik dan gemulai goyangan gadis-gadi banyuwangi. Dengan hadirnya begitu banyak penonton masyarakat yang terdapat disekitar taman budaya cak durasim pun merasa mendapat kontribusi. Penulis mengelilingi sekitar pandapa pertunjukan ternyata banyak masyarakat yang menjual rokok dan angkringan pun yang berada disekitar pendapa telihat ramai.

Dengan hadirnya pertunjukan tersebut masyrakat Surabaya sekitan taman budaya cakdurasim dapat menyaksikan pertunjukan dengan gratis. Dan sekaligus dapat mencari uang dengan cara menjual dagangan yang bermacam-macam. Penulis dapat menyimpulkan dengan hadirnya gelar seni budaya ini juga dapat member kontribusi banyak pada masyarakat, selain masyarakat penjual juga masyrakat yang membutuhkan hiburan.

Penulis melihat bahwa gelar seni pertunjukan yang berlangsung dipandapa taman budaya cak durasim hanya melihat sebagai pertunjukan semata. Penulis sama sekali tidak berfikir akan nilai budaya atau nilai keindahan local serta wujud perilaku masyarakat banyuwangi yang terkandung dalam karya tersebut. Sejak pertama kali melihat tema pertunjukan penulis sudah mendap stimulah bahwa gelar seni budaya tersebut menjadi wadah penarik wisata, karena terlihat dari tema pertunjukan yang berbasis budaya lokan namun secara wujud tema berasal dari bahasa inggris. Dan yang lebih menyakinkan lagi ketika mendapat bingkisan yang betu banyak buku-buku yang membahas tentang budaya dan tempat wisata yang terdapat disetiap kabupaten wilayah jawa timur.

Mungkin ini sebuah kedangkalan bagi penulis dalam mrelihat sebuah fenomena tetapi menurutku mengamati fenomena social tidk cukup dalam waktu yang singkat, karena mendeskripsikan perilaku sekelompok masyarakat dalam wadah tertentu membutuhkan histori sebagai tolak ukur keberedaanya. Selain itu juga membutuhkan waktu panjang untuk mencari data yang valid.

Dalam melihat perilaku sekelompok masyarakat dalam satu wadah mebutuhkan waktu panjang diman kita membutuhkan nara sumber yang tepat dan mebutuhkan data yang berbetuk tulisan sebagai rangsangan awal untuk memfokuskan arah pencartian data. Penulis tidak dapat menjelaskan secara luas kontibusi gelar seni budaya ini terhadap masyarakat yang ada disekitarnya, namun dengan sedikit penjelsan diatas semoga dapat memberikan gambaran kecil buat pembanca bahwa sebuah kegiatan masyarakat tidak lahir begitu saja tanpa ada kolerasi dengan masyarakat yang lainnya. Gelar seni budaya yang bertema sunrise off java terbukti menarik perhatian banyak masyarakat dan memberikan kontribusi buat masyarakat baik diluar Surabaya maupun masyarakat Surabaya sendiri.

Jika melihat diluar dari konteks pertujukan itu sendiri juga terdapat kerajian-kerajinan khas banyuwangi dengan harga murah. Salah satu penjual mengatakan bahwa kehadiran mereka hadir memajang kerjinan tangan khas banyuwangi bukan sekedar menjual melainkan salah satu cara untuk memperkenalkan kerajinan tangan yangterdapat di banyuwangi karena kehadiran disini bukan semata-mata konteks menjual maka sangat wajar jika harga yang dipasang sedikit murah dibandingkan penjualan  kerajinan yang terdapat diluar taman budaya Surabaya.

Menurut penulis hal seperti itu juga merupakan kontribusi besar buat masyarakat yang membeli kerajinan tangan karena dengan adanya gelar seni budaya mereka dapat membeli kerajinan tangan yang lebih murah. Selain itu juga pengunjung dapat memberikan apresiasi sebagai penghargaan dalam kreatifitas orang lain.

Beberpa poin yang dapat memperlihatkan adanya kontribusi yang diberikan oleh masyarakat juga dan penulis mersa masih banyak kontribusi yang tidak sempat dijelaskan karena mungkin keterbatasan waktu dalam mengamati dan juga mungkin kedangkalan dalam melihat fenomena.

Kesimpulan

Gelar seni budaya daerah yang bertema sunrise off java merupakan salah satu cara pemerintah provinsi jawa timur dinas kebudayaan dan parawisata dalam meningkatkan ekonomi kreatif. Dimana sangat terlihat mulai dari pihak parawisata dan pemerintah daerah yang hadir memberikan sambutan selalu membicarakan tentang kekayaan alam dan kesenian yang ada dijawa timur. Selain itu juga terlihat akan banyaknya penjual yang mengelilingi pandapa pertunjukan dan penjual senganja dilahidr dan termasuk dalam konsep acara gelar seni budaya daerah tersebut.

Selain itu juga diperjelas dengan adanya bingkisan ya ng diberikan kepada penulis yang berisi tentang kesenian dan kekayaan alam sebagai tempat wisata yang terdapat disetiap kabupaten yang terdapat di jawa timur. Hal demikian yang menjadi ikon-ikon nyata yang mengantar pernyataan bahwa gelar seni budaya tersebut dalah salah satu cara pemerintah provinsi dinas kebudayaan parawisata jawa timur dengan upatya memperkenalkan budayanya dan kekayaan alam untuk menarik wisatawan guna meningkatkan pendapatan ekonomi dan membuka lahan penghasilan buat masyarakat jawa timur. Hal-hal diatas membawa pandangan penulis untuk melirik lebih jauh bagaimana parawisata mengupayakan kesejahteraan rakyat melalui ikon-ikon kesenian. Seiring dengan perkembangan jaman ini kesnian sudah diramuh menjadi semenarik mungkin suapaya dapat menarik perhatian banyak orang. Hal yang paling mendasar dan paling serin ditemukan diberbagai daerah adalah upaya-upaya seperti diatas. Satu hal yang sangat disayangkan jika kesenian daerah yang mepunyai nilai estetik yang tinggi dapat menjadi bahan keloh parawisata. Karena menurut penulis secara tujuan sudah sanagt kontras dan akhirnya seni kedaerahan tidak membangun prinsip dan nilai lokalitas lagi serta jauh dari penyampaian estetis yang berbasi nilai budaya.

Yang perlu disadari sekarang adalah karya seni daerah merupakan artefak dari peristiwa lampau dan jika dikreasuikan dalam bentuk kemasan yang menarik masyarakat secara umum menurutku kurang tepat. Kaerana perubahan bentuk juga dapat menjadi perubahan esensi. Disini terlihaty bahwa upaya-upaya parawisata dapat memberi kontribusi buat banyak masyarakat tetapi perlu dimengerti bahwa sesuatu yang lahir bukan berarti segalanya bermanfaat namun bisa memberikan kerugian buat hal yang lainnya.

[1]Lihat lagu dalam kaset kangen magetan

[2]http://www.beritalima.com/2015/03/14/gubernur-jatim-melalui-gelar-seni-budaya-perluas-pasar-umkm

[3]Dapat dilhat dalam salah satu buku yang diterbitkan oleh pemrintah provinsi jawa timur dinas kebudyaan dan parwaista yang diberikan sebagai bingkisan kepada mahsiswa isi jogja.

[4]Kalender Acara UPT Taman Budaya Jawa Timur Tahun 2015, (UPT Taman Budaya: pemerintah Provinsi Dinas Kebudayaan) 

Komentar

Postingan Populer