Peranan Gerak, Musik, dan syair dalam seni Aru tubarania

Oleh : Dita Pahebong
Gowa adalah salah satu kabupaten yang terdapat disulawesi selatan yang mempunyai kesenian yang beragam salah satunya yaitu Aru. Aru merupakan sumpah atau ikrar prajurit terhadap rajanya. Seiring dengan perkembangan jaman maka aru sering ditemui saat menjemput pengantin ataupun menjemput pemerintah dalam acara-acara tertentu.sampai saat ini aru masih ditemukan dan hampir semua orang menggunakan aru sebagai kesenian penjemputan. Jika melihat dari segi syair aru dapat dikatakan sebagai refresentasi kesetiaan prajurit terhadap rajanya. Namun meski demikian aru yang kita temukan saat ini tidak lagi menjadi aru yang sesuai dengan syairnya karena aru dapat disajikan oleh siapa saja dalam artian bukan raja.

Aru dalam konteks penjemputan pengantin tidak lain dari pelestarian budaya atau sebagai hiburan, atau disisi lain sebagai ke_seni_an dalam bentu mata pencaharian. Aru yang sering kita temukan diacara pesta perkawinan dan bukan lagi sumpah yang diucapkan sebagai ikrar prajurit terhadap rajanya. Pada dasarnya aru ini adalah sumpah dalam artian penekanan aru ini terdapat pada syair yang diucapkan. Sumpah ini diucapkan dengan ekspresi yang emosi sebagai pemunculan kelelakian atau keberanian serta keyakinan akan kalimat yang dia ucapkan. Selain dari pengucapan pelaksanaan aru juga menggunakan badik sebagai symbol kelelakian karena badik dianggap sebagai senjata oleh masyarakat Makassar pada umumnya.

            Penulis disini tidak terlalu dalam pembahasan mengenai aru karena dianggap sudah banyak mengetahui dan menyaksikan langsung karena saat ini masih sangat sering ditemukan baik dalam acara pemerintahan ataupun perkawinan. Penulis saat ini lebih kepada pembahasan bahwa kesenian aru tersebut apaka termasuk seni tari atau teater.? Dan akhirnya pertanyaan tersebut yang menggiring penulis untuk melihat sebenarnya yang dimaksud tari dan teater itu seperti apa, hal tersebut  menbawa penulis untuk melihat referensi-referensi yang sudah banyak digunakan oleh para ahli kemudian penulis mengkolerasikan tentang permasalahan diatas sebagai tolak ukur untuk menjawab permasalahan. Sesuai dengan keterbatasan, penulis menemukan beberapa tolak ukur yang mungkin dapat digunakan untuk melajutkan tulisan tersebut. Sedikit-demi sedikit kita melihat sebenarnya tari dan teater itu seperti apa.

             Menurut Hawkins tari adalah ekspresi jiwa manusia yang diubah oleh imajinasi dan diberi bentuk melalui media gerak sehingga menjadi bentuk gerak yang simbolik dan sebagai ungkapan si pencipta.[1] Selain itu juga dikatakan oleh M. jazuli dalam dalam Soeryobrongto bahwa tari adalah gerak-gerak anggota tubuh yang selaras dengan bunyi music.[2]Sedangkan teater adalah suatu wadah pertunjukan. Teater diketahu secara umum bahwa tempat atau sebuah pertunjukan lakon dan drama. Sebelum kita melihat lebih dalam teater itu terlebih dahulu kita memahami drama tersebut.

Menurut Wood dan Attfield, 1996 (dalam Sariana, 2010:60) drama adalah proses lakon sebagai tokoh dalam peran, mencontoh, meniruh gerak pembicaraan perseorangan, menggunakan secara nyata dari perangkat yang dibayangkan, penggunaan pengalaman yang selalu serta pengetahuan, karakter dan situasi dalam suatu lakuan, dialog, monolog, guna menghindarkan peristiwa dan rangkaian cerita cerita tertentu.[3]Selain itu Selanjutnya keterangan lain yang terdapat dalam Webster’s New Internasional Dictionary (dalam Tarigan,1984:71) mengatakan bahwa drama adalah suatu karangan, kini biasa dalam prosa disusun buat pertunjukan dan dimaksimalkan untuk memotret kehidupan atau tokoh suatu cerita dengan gerak dan biasanya dengan dialog yang bermaksud memetik beberapa hal berdasarkan cerita dan sebagainya yaitu lakon. Direncanakan atau disusun sedemikian rupa untuk dipertunjukkan oleh pelaku di atas pentas.

            Dengan beberapa pendapat dari para ahli diatas maka penulis mencoba meng_kolerasikan dengan Kesenian Aru tersebut. Aru dapat juga dikatakan sebagai seni tari karena juga terdapat gerak atas ekspresi yang ingin disampaikan. Selain itu juga terdapat music sebagai pengiringnya. Jika dilihat dari pendapat M. jazuli maka sangat tepat jika Aru  dikatakan seni tari karena gerak dan musiknya sangat selaras. Dapat dilihat saat aru berlangsung, Pangngaru[4] tersebut mengeluarkan getaran badan sesuai dengan ekspresi tentang apa yang ingin disampaikan kemudian music juga begitu keras karena diringi dengan tungrung pakanjara[5], dua hal antara gerak yang sifatnya emosional dan music yang sifatnya keras dan cepat menandakan bahwa adanya keselarasan tentang tari dan music.

            Aru juga dapat dikatakan sebagai teater atau drama karena didalam aru juga terdapat dialog tunggal dan meniru gerak pembicaraan sesuai dengan apa yang dibayangkan terhadap dialognya. Seperti yang dimaksudkan oleh Wood dan Attfield. Jika dikembalikan pada penekanan aru tersebut maka lebih kepada dialog atau syair dan gerakyang terdapat didalamnya hanya sebagai pendukung agar ekpresi dalam penyampai syair tersebut dapat sesuai dengan maksud syairnya. Jika keselarasan gerak dan music yang terdapat dalam Aru maka menurut penulis sendiri sesuatu yang wajar karena mempunyai peranan serta fungsi yang sama, dalam artian gerak disini sebagai pendukung dari segi ekspresi yang bentuknya visual dan music disini membantu membangun karakter dari segi musical. Yang intinya disini yang ingin ditekankan adalah syair yang diucapakan oleh pangngaru.

            Dapat juga dilihat dalam konteks pelaksanaan aru sendiri. Sampai saat ini juga belum ada pernyataan yang mengatakan bahwa gerak yang terdapat dalam aru tersebut merupakan suatu yang mutlak atau suatu yang dibentuk dengan sengaja melaikan gerak yang terdapat dalam aru itu hanya sebagai gerak spontanitas sebagai pendukung ekspresi terhadap peristiwa syair yang ingin disampaikan. Jika dilihat sebaliknya maka syair aru sudah pasti, dan meskipun ada perbedaan bahasa disetiap daerah tetap struktur dan maksud yang ingin disampaikan tetap sama. Menurut penulis ini yang dapat dijadikan sebagai parameter bahwa aru memang penekananya adalah syair dan bukan gerak. Dengan penjelasan diatas maka kita dapat menarik benang merah bahwa yang ingin ditonjolkan dalam Aru adalah syair dan bukan gerak ataupun musiknya meskipun dalam konteks pertunjukan ketiganya merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan tetapi dengan penjelasan diatas memperlihatkan bahwa ketiganya mempunyai peranan tersendiri.

            Sampai saat ini penulis belum pernah mendengar pengolongan Aru tersebut, apakah Aru termasuk seni tari atau seni teater. Jika melihat dari peranan antara gerak, syair, dan music didalam Aru maka sangat jelas bahwa aru adalah termasuk drama kemudian dipentaskan sehingga sampai kepada kesimpulan bahwa Aru adalah seni teater. Dan jika adapun pendapat lain yang bertolak belakang mengenai pendapat diatas maka sangatlah wajar karena belum ada sebelumnya ahli yang mengatakan bahwa Aru tersebut termasuk seni tari ataupun seni teater. Sampai saat ini belum ada pendapat yang mutlak yang bisa dijadikan sebagai acuan.

       
Yogyakarta 14 Juli   2015

        Dita Pahebong

           

[1] Creating Trough Dance karya Alma M. Hawkins, diterjemahkan oleh Y. Sumandiyo Hadi tahun 1990.hal.2

[2] Soeryobronto:1987,hal, 12-34

[3]http://aladzaniart.blogspot.com/2012/04/drama.html

[4] Pelaksana aru atau yang melakukan aru

[5] Salah satu pola tabuhan gendang Makassar yang cepat dank eras.

Komentar

Postingan Populer